Bondowoso,
Kota kabupaten ini salah satu kota yang tidak memiliki garis pantai di Jawa
terletak di daerah Jawa Timur yang bertetangga dengan Kabupaten Jember di
sebelah Selatan, utara dengan Kabupaten Situbondo, timur dengan Kabupaten
Banyuwangi dan Barat dengan Kabupaten Probolinggo.
Dikenal
dengan Kota Tape atau kota Pensiunan. Gerbong Maut merupakan Monument
Bersejarah dalam sejarah perjuangan Bangsa, Bondowoso khususnya.
Kota ini
berhawa dingin karena daerah perkotaan terletak di daerah agak tinggi
dibanding kota Kabupaten sekitarnya, meskipun kota ini terbilang kecil namun
meninggalkan banyak bukti sejarah peradapan purba(Megalith) banyak situs
purba yang hingga kini masih bisa kita lihat, bagaimana dan seperti apa situs
tersebut akan saya ulas berikut image-nya pada article Blog ini.
Disamping itu pula ada Seni Budaya Asli Bondowoso yang patut kita lestarikan “Kontes
Aduan Sapi” yang Lahir bersamaan dengan mulai berdirinya dan dibukanya
daerah Bondowoso Oleh KI. RONGGO sebagai Adipati I dan masih banyak
lagi Potensi daerah lainnya yang perlu kami perkenalkan
selain Obyek Wisata “Kawah Ijen” yang sudah dikenal di Manca Negara.
Informasi
tentang kepariwisataan di Bondowoso berikut imagesnya bisa Anda dapatkan di
Akun Facebook Adam tour Bondowoso.
Berikut
Aku tulis Sedikit Ringkasan Cerita tentang kenapa Bondowoso dikenal dengan
“Gerbong Mautnya”, yang saya dapatkan dari berbagai sumber.
Masih
inget tentang film “kereta Api
Terakhir” yang dibintangi Gito
Rollies sebagai Sersan Tobing,
dimana juga ada peran Kolonel Gatot Subroto
yang dibintangi Sundjoto Adibroto
dengan brilian. Dan ada kata-kata terkenal dari Gatot Subroto pada adegan itu :
“Bacakansurat itu, kamu tahu aku kan buta huruf!!,…aku tidak bisa baca!!” Film
Kereta Api Terakhir sebenarnya diilhami kejadian Gerbong Maut di Bondowoso,
yang ceritanya jauh lebih mengerikan…begini ceritanya :
Belanda
melakukan penangkapan besar-besaran terhadap TRI, lasjkar, gerakan bawah tanah
dan orang-orang tanpa menghiraukan apakah yang bersangkutan berperan atau tidak
dalam kegiatan perjuangan. Sehingga dalam waktu singkat penjara Bondowoso tidak
mampu lagi menampung tahanan yang pada waktu itu mencapai ± 637 orang. Belanda bermaksud
memindahkan tahanan yang termasuk “pelanggaran berat” dari penjara Bondowoso ke penjara Surabaya. Untuk
mengangkut para tahanan tersebut digunakan sarana kereta api.
Setiap
tahap pengangkutan memuat sebanyak 100 orang. Pemindahan pertama dan kedua
berjalan dengan baik karena gerbong yang mengangkut tahanan diberi ventilasi
seluas 10-15 cm. Namun saat pemindahan tahap ketiga, gerbong tertutup sangat
rapat dan selama perjalanan rakyat tidak boleh mendekati gerbong. Akibatnya,
semua tahanan dalam gerbong menderita kelaparan dan kehausan. Pemindahan tahap
ketiga inilah
Yang
Dikenal dengan Sebutan
“Gerbong
Maut”.
Setelah
mendapat perintah langsung dari Komandan J Van den Dorpe, Kepala Penjara
mengumpulkan semua tahanan yang telah tercatat namanya. Pada Sabtu, 23 November 1947, jam 04.00 WIB,
tahanan yang tercatat dibangunkan secara kasar lalu dikumpulkan di depan
penjara. Rincian tahanan adalah sebagai berikut: rakyat desa (20 orang), kelaskaran rakyat dan gerakan bawah tanah(30
Orang), anggota TRI (30 orang), dan
tahanan rakyat serta polisi (20 orang). Pada jam 05.30
WIB tahanan tiba di Stasiun Kereta Api Bondowoso. Sebanyak 32 orang masuk gerbong pertama yang bernomor GR 5769; 30 oarang ke gerbong kedua yang bernomor GR 4416, sisanya berebutan masuk ke gerbong yang terakhir bernomor GR 10152 karena panjang dan masih baru.
WIB tahanan tiba di Stasiun Kereta Api Bondowoso. Sebanyak 32 orang masuk gerbong pertama yang bernomor GR 5769; 30 oarang ke gerbong kedua yang bernomor GR 4416, sisanya berebutan masuk ke gerbong yang terakhir bernomor GR 10152 karena panjang dan masih baru.
Pada
jam 07.00 WIB kereta dari Situbondo datang. maka, saat itu juga gerbong
digandeng. Menurut Ru Munawar yang masuk gerbong pertama, setelah gerbong
dikunci, keadaan menjdi gelap gulita dan udara tersa panas walaupun masih pagi.
Jam 07.30 kereta bergerak menuju Surabaya. tepat di Satsiun Taman, mulai
terjadi peristiwa memilukan, Kiai
Samsuri 50 Tahun, membanting-bantingkan tubuhnya sambil berteriak
kepanasan. Jangankan diisi 30 Orang, 10 orang saja sudah terbayang panasnya.
gedoran-gedoran para tahanan sudah tidak digubris bahkan dijawab dengan
bentakan pedas; “Biar kalian mapus semua, hai anjing ekstrim!, atau “Di sini
tidak ada makanan dan air minum, yang ada cuma peluru”.
Ketika
tiba di Stasiun Kalisat, gerbong tahanan harus menunggu kereta dari banyuwangi.
Selama dua jam para tahanan berada dalam terik matahari. Akhirnya pada jam
10.30 WIB kereta baru berangkat dari Jember ke Probolinggo. Setelah meningglkan
Jember di siang hari, suasana gerbong bagaikan didalam neraka karena atap dan
dinding gerbong terbuat dari plat baja.Banyak terjadi peristiwa diluar batas
kemanusiaan, misalnya guna mempertahankan hidup dari kehausan sebagian para
tahanan terpaksa meminum air kencing tahanan yang lainnya.
Mendekati
Stasiun Jatiroto, Allah SWT menebarkan rahmat-NYA. Hujan yang cukup deras
dimanfaatkan para tahanan yang masih hidup untuk meneguk tetes demi tetes air
dengan menjilat tetesan air yang berasal dari lubang-lubang kecil.Tidak
demikian halnya dengan gerbong ketiga GR10152. karena masih baru, para tahanan tidak mendapatkan
tetesan air sedikitpun. Ketika sampai di Surabaya, dalam gerbong ketiga (GR10152) tidak ada satupun yang
hidup.
Setelah
menempuh perjalanan selama 16 jam, Gerbong Maut sampai di Stasiun Wonokromo.
Jam menunjukkan pukul 20.00 WIB. Setelah didata, di gerbong I No. GR 5769
sebanyak 5 sakit keras, 27 orang sehat tapi kondisi lemas lunglai, Gerbong II
No. GR.4416 sebanyak 8 orang meninggal, 6 orang sehat, dan di Gerbong III No.
GR. 10152 seluruh tawanan sebanyak 38
orang meninngal semua.
Para
tahanan yang sehat dipaksa menganggkut temannya yang sudah meninngal. Semua
jenazah diletakkan secara sejajar. Setelah dievakuasi, lalu diangkut ke truk
yang telah disediakan. Jenazah harus diangkut dengan sangat hati-hati sebab
kalau tidak maka daging jenazah akan mengelupas akibat kepanasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar